Archive for Maret 2012

Materi Dasar Akuntansi (Bab 1)



BAB 1

AKUNTANSI



A.                SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI
Kira-kira tahun 3600 s.M. masyarakat sudah mengenal ber­bagai jenis catatan tentang aktivitas usaha. Pada saat itu cara yang paling dikenal ialah catatan pembayaran upah di Babylonia yang menggunakan tablet dari tanah liat.
Kemudian pada abad ke-II di Inggris, pada masa pe­merintahan raja WiIliam si penakluk dikenal pula catatan­-catatan untuk mengetahui sumber keuangan kerajaan.
Pada masa itu catatan-catatan tersebut sudah dapat di­katakan sebagai catatan akuntansi, sekalipun bentuknya masih sangat sederhana, belum ada sistem akuntansi yang sistematis untuk semua transaksi. Akuntansi yang lengkap untuk suatu unit usaha baru dikenal kemudian dalam pemerintahan Republik Italia.
Pada tahun 1494, terbit buku Summa de Arithmetica, geo­metria; proportioni et proportionalita yang ditulis oleh seorang rahib dari Ordo Fransiskan, sekaligus seorang ahli matema­tika Itali, Luca Paccioli atati sering dikenal dengan nama Luca di Borgi (1445-1509). Buku ini antara lain berisi uraian dasar tentang sistem pencatatan berpasangan (double entry) yang kemudian dikembangkan oleh Goethe. Goethe menulis bahwa sistem pencatatan berpasangan, atau yang disebut "Buku Berpasangan", adalah suatu penemuan terin­dah dari insan manusia, dan ia menganjurkan agar setiap pengusaha dalam melaksanakan usaha ekonominya meng­gunakan cara ini. Sistem berpasangan mencatat kedua as­pek transaksi sedemikian rupa sehingga membentuk suatu perkiraan berimbang. Misalnya, bila seseorang meminjam uang dari bank sebesar          Rp.1.000.000, maka jumlah pin­jaman tersebut dicatat baik sebagai kas            Rp.1.000.000 mau­pun sebagai utang sebesar Rp.1.000.000. Dengan sistem tersebut nantinya akan dihasilkan laporan keuangan yang menyeluruh dalam satuan uang. Laporan keuangan terse­but akan menyajikan jumlah harta, utang dan modal yang dimiliki perusahaan serta hasil usaha perusahaan dalam menghasilkan laba pada suatu periode tertentu.
Pada abad ke-18-19, di Inggris terjadi Revolusi Industri yang banyak membava perubahan sosial dan ekonomi. Perubahan yang paling menonjol ialah perubahan cara memproduksi barang/produk dari kerajinan rumah tangga ke sistem pabrik. Penggunaan mesin-mesin yang mengha­silkan produk menimbulkan keharusan untuk menetapkan besarnya biaya produksi. Dari sinilah timbul spesialisasi dalam akuntansi biaya, sekalipun masih dalam bentuk yang sangat sederhana. Ketika akhirnya usaha-usaha indus­tri semakin maju dan kompleks, tercetuslah "Konsep Mana­jemen Ilmiah", sejalan dengan konsep ini muncul pula konsep-konsep akuntansi yang lebih canggih, yang menya­jikan suatu teknik analisis untuk mengukur tingkat efisiensi dari operasi yang sedang berjalan dan peramalan operasi yang akan datang.
Revolusi Industri tidak hanya terjadi di Inggris, tetapi berkembang pesat dan meluas sampai ke mana-mana. Per­saingan usaha: semakin ketat, dan untuk menghadapi per­saingan, perusahaan membutuhkan dana, sehingga pada tahun 1845 di Inggris didirikan organisasi perseroan. Kare­na organisasi dengan bentuk ini mudah mendapatkan dana yang besar, maka tak mengherankan kalau organisasi-orga­nisasi perseroan berkembang pesat. Calon-calon penanam modal (investor) selalu inencari informasi mengenai status keuangan perseroan dan prospek perusahaan yang ber­sangkutan di masa datang. Sedangkan di lain pihak, in­stansi pemerintah memerlukan informasi keuangan untuk tujuan perpajakan dan peraturan-peraturan lain. Karyawan, serikat buruh dan para langganan membutuhkan informasi sebagai dasar menentukan stabilitas dan tingkat keuntung­an perusahaan. Dengan demikian, dari masa ke masa fung­si akuntansi makin meluas, dari melayani kebutuhan pemilik yang relatif kecil, menjadi melayani umum untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak.

B.                 DEFINISI AKUNTANSI

Definisi akuntansi dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu definisi dari sudut pemakai jasa akuntansi, dan dari sudut proses kegiatannya.

1.      Definisi dari Sudut Pemakai
Ditinjau dari sudut pemakainya, akuntansi dapat didefinisikan sebagai "suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu orga­nisasi”:
Informasi yang dihasilkan akuntansi diperlukan untuk:
a.       Membuat perencanaan yang efektif, pengawasan dan pengambilan keputusan oleh manajemen;
b.      Pertanggungjawaban organisasi kepada para investor, kreditur, badan pemerintah dan sebagainya.
Dari definisi ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a)      Akuntansi diselenggarakan dalam suatu organisasi (biasanya berupa organisasi perusahaan). Informasi akuntansi yang dihasilkan adalah informasi tentang organisasi.
b)      Informasi akuntansi sangat penting dalam menyelenggarakan kegiatan perusahaan. Informasi ini digunakan dalam pengambilan keputusan intern organisasi maupun ekstern organisasi.

2.      Definisi dari Sudut Proses Kegiatan

Apabila ditinjau dari sudut kegiatannya, akuntansi dapat didefinisikan sebagai "proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganali sisan data keuangan suatu organisasi':
Definisi ini menunjukkan bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang kompleks dan menyangkut bermacam-macam kegiatan. Pada dasarnya akuntansi harus:
a.       Mengidentifikasikan data mana yang berkaitan atau relevan dengan keputusan yang akan diambil.
b.      Memproses atau menganalisis data yang relevan.
c.       Mengubah data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.

C.                AKUNTANSI SEBAGAI SUATU SISTEM INFORMASI

Akuntansi dilaksanakan baik dalam perusahaan yang bertujuan mencari laba maupun dalam organisasi-organisasi yang tidak mencari laba. Salah satu penyebabnya adalah karena hal ini diharuskan oleh undang-undang. Namun demikian alasan utama mengapa akuntansi dilaksanakan dalam ber­bagai organisasi adalah karena semakin rumitnya variabel-variabel yang dihadapi, walau di dalam perusahaan kecil sekalipun. Keadaan ini menye­babkan para pengambil keputusan menjadi semakin tergantung pada data akuntansi. Dalam akuntansi, transaksi-transaski keuangan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi laporan yang siap digunakan untuk pengambilan keputusan manajemen. Dengan demikian akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang sangat diperlukan oleh perusahaan modern dewasa ini.
Sebagai suatu sistem informasi, akuntansi diperlukan oleh berbagai pi­hak, baik dari kalangan intern maupun dari luar organisasi yang menyeleng­garakan akuntansi tersebut.
Secara garis besar pihak-pihak tersebut adalah:
1.      Manajer
Manajer perusahaan menggunakan akuntansi untuk menyusun perencanaan perusahaannya, mengevaluasi kemajuan yang dicapai dalam usaha mencapai tujuan, dan melakukan tindakan-tindakan koreksi yang di­perlukan. Keputusan yang diambil oleh manajer berdasarkan informasi akun­tansi, misalnya: menentukan peralatan apa yang sebaiknya dibeli, berapa persediaan yang harus ada di gudang, dan berapa kas yang harus dipinjam dari bank.
2.      Investor
Para investor melakukan penanaman modal dalam perusahaan dengan tujuan untuk mendapat hasil yang sesuai dengan harapannya. Oleh karena itu, sebelum melakukan penanaman modal, mereka mengevaluasi pendapatan yang diperkirakan akan dapat diperoleh dari investasinya, ini berarti bahwa para investor harus melakukan analisis atas laporan keuangan perusahaan yang akan dipilih sebagai tempat penanaman modalnya. Setelah menjadi investor, mereka melakukan monitoring terhadap perusahaan dengan menganalisis laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan atau me­lalui berita-berita keuangan dalam berbagai surat kabar dan majalah. Sumber berita keuangan dalam surat kabar dan majalah ini adalah laporan-laporan akuntansi.
3.      Kreditur
Kreditur hanya bersedia memberikan kredit kepada calon pene­rima kredit yang dipandang mampu mengembalikan bunga dan mengem­balikan kredit tepat pada waktunya. Oleh karena itu, calon kreditur harus me­nilai kemampuan keuangan calon pengambil kredit. Untuk itu kreditur selalu meminta laporan keuangan calon nasabah untuk dinilai. Setelah itu kreditur masih meminta laporan keuangan para pengambil kredit, untuk menilai apakah kredit telah digunakan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati.
4.      Instansi Pemerintah
Badan-badan pemerintah tertentu seperti badan pelayanan pajak atau badan pengembangan pasar modal (Bapepam), mem­butuhkan informasi keuangan dari perusahaan-perusahaan wajib pajak atau perusahaan yang menjual sahamnya melalui pasar modal. Informasi akun­tansi merupakan sumber utama bagi badan pemerintah untuk dapat mene­tapkan pajak perusahaan atau mengawasi perusahaan.

5.      Organisasi Nirlaba
Organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari laba seperti organisasi keagamaan, yayasan atau lembaga pendidikan juga membutuhkan informasi akuntansi seperti halnya organisasi yang bertujuan mencari laba. Walaupun organisasi semacam ini tidak mencari laba, namun mereka tetap berurusan dengan soal-soal keuangan karena mereka harus mempunyai anggaran, membayar tenaga kerja, membayar listrik dan sewa, serta urusan-urusan keuangan lainnya. Semua hal tersebut bersangkutan dengan akuntansi.
6.      Pemakai Lainnya
Informasi akuntansi diperlukan juga oleh berbagai pi­hak lain untuk kepentingan-kepentingan tertentu, misalnya oleh organisasi buruh. Para buruh membutuhkan informasi tentang laba perusahaan dan kadang-kadang juga informasi keuangan lainnya. Informasi semacam ini penting bagi para buruh dalam rangka mengajukan kenaikan gaji atau tun­jangan-tunjangan lain dari perusahaam tempat mereka bekerja. Di negara-­negara yang sudah maju, informasi akuntansi juga sering dijadikan dasar oleh kelompok masyarakat tertentu untuk me!akukan tindakan-tindakan se­suai dengan kepentingan mereka.

D.                PROFESI  AKUNTANSI

1.      Akuntan Publik

a.       Pemeriksaan laporan keuangan (auditing) adalah bidang pekerjaan profesi akuntansi paling utama yang diberikan kepada publik (umum). Pemeriksaan laporan keuangan adalah pemeriksaan secara independen untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disusun manajemen bagi para investor, kreditur dan pihak luar lainnya. Laporan keuangan yang disusun oleh mana­jemen, seringkali tidak dipercaya oleh pihak-pihak luar karena adanya per­bedaan kepentingan antara manajemen dengan pemakai laporan lainnya.
Hasil pemeriksaan akuntan publik dituangkan dalam sebuah laporan yang disebut laporan hasil pemeriksaan akuntan. Apabila akuntan publik yakin bahwa laporan keuangan menyajikan informasi secara wajar, maka ia akan memberikan pendapatnya bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi.
b.      Akuntansi perpajakan adalah jasa akuntan publik yang banyak dibutuhkan masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai dengan pemberian jasa ini adalah (1) untuk memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku, dan    (2) untuk menekan pajak seminimum mungkin.
c.       Konsultasi manajemen adalah pemberian jasa yang meliputi aspek yang luas. Biasanya jasa ini diberikan bersamaan dengan pemeriksaan akun­tan. Sebagai pemeriksa, akuntan biasanya mempunyai pengetahuan yang mendalam mengenai operasi perusahaan yang diperiksanya. Oleh karena itu akuntan publik dapat memberikan berbagai pertimbangan dan saran kepada manajemen untuk memperbaiki hasil operasi perusahaan yang menggunakan jasanya.

2.      Akuntan Intern

a.       Akuntansi biaya menganalisis biaya perusahaan untuk membantu manaje­men dalam pengawasan biaya. Biasanya akuntansi biaya ditekankan pada biaya produksi, tetapi akhir-akhir ini penekanan atas biaya pemasaran juga semakin meningkat. Selain untuk pengawasan, akuntansi biaya yang baik akan membantu manajemen dalam penetapan harga jual produknya se­hingga diperoleh laba yang lebih besar. Selain itu, akuntansi biaya dapat memberi informasi kepada manajemen tentang produk mana yang tidak menguntungkan sehingga produksinya harus dihentikan, dan produk mana yang menguntungkan.
b.      Peranggaran menetapkan sasaran penjualan dan laba, serta perenca­naan yang terinci untuk mencapai sasaran tersebut. Penyusunan anggaran selalu memperhatikan data masa lalu yang dilaporkan dalam laporan akun­tansi. Anggaran juga digunakan untuk mengawasi jalannya operasi perusa­haan melalui perbandingan antara data. yang sesungguhnya dengan ang­garan. Oleh karena itu perusahaan biasanya memandang kegiatan perang­garan sebagai aspek yang penting dari sistem akuntansinya.
c.       Perancangan sistem informasi mengidentifikasi kebutuhan informasi untuk kepentingan intern maupun ekstern. Setelah kebutuhan informasi dike­tahui, selanjutnya dirancang dan dikembangkan sistem yang sesuai. Sistem informasi akuntansi sangat membantu dalam mengawasi jalannya operasi suatu perusahaan.
d.      Pemeriksaan intern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan intern perusahaan. Perusahaan-perusahaan besar umumnya memiliki staf pemeriksa intern. Para akuntan intern bertugas untuk mengevaluasi sistem akuntansi dan manajemen. Tujuan pokoknya adalah untuk membantu mana­jemen dalam memperbaiki efisiensi operasi dan untuk menjamin bahwa para karyawan dan bagian-bagian perusahaan telah melaksanakan prosedur dan rencana yang ditetapkan manajemen.

E.                 BIDANG-BIDANG AKUNTANSI

Sebagai akibat perkembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat, maka timbul berbagai bidang spesiali­sasi dalam akuntansi, seperti di bawah ini:
1.      Akuntansi keuangan, ialah pencatatan transaksi, pe­nyusunan laporan-laporan periodik yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi Indonesia. Laporan-laporan informasi-informasi ini akan berguna bagi manajer, pemilik, kreditor; lembaga pemerintah, dan masyarakat umum.
2.      Auditing adalah bidang aktivitas yang menyangkut su­atu pemeriksaan atas catatan-catatan akuntansi secara bebas. Pemeriksaan akuntan ini antara lain akan meliputi pemeriksaan terhadap sistem dan prosedur per­usahaan, catatan-catatan yang mendukung laporan keuangan serta memberikan pendapat mengenai "ke­layakan dan kewajaran" laporan keuangan yang ber­sangkutan.
3.      Akuntansi biaya, adalah bidang akuntansi yang pe­nekanannya pada masalah penetapan dan pengendalian biaya, dari saat produksi siap diimulai sampai dengan barang selesai diproses/diproduksi. Hasil akhir dari akuntansi adalah "Laporan Perhitungan Harga Pokok Produksi".
4.      Akuntansi manajemen, adalah bidang akuntansi ini me­ngolah soal-soal khusus yang dihadapi para manajer perusahaan dari berbagai jenjang organisasi. Informasi yang diberikan dalam bidang ini akan sangat berguna bagi pihak intern perusahaan khususnya untuk peng­ambilan keputusan oleh pihak manajemen.
5.      Akuntansi pajak, adalah bidang akuntansi yang men­cakup penyusunan surat pemberitahuan pajak, mem­pertimbangkan konsekuensi perpajakan dari transaksi usaha yang direncanakan.
6.      Sistem akuntansi, adalah bidang khusus yang menanga­ni perencanaan dan penerapan prosedur-prosedur un­tuk mengumpulkan dan melaporkan data keuangan.
7.      Akuntansi anggaran, adalah bidang akuntansi yang me­nyajikan rencana operasi keuangan untuk suatu periode tertentu: Kemudian membandingkan operasi yang se­sungguhnya dengan rencananya sehingga dengan de­mikian operasi perusahaan dapat dikendalikan.
8.      Akuntansi internasional, adalah bidang akuntansi yang khusus menyangkut masalah-masalah perdagangan in­ternasional dari perusahaan-perusahaan multinasional.
9.      Akuntansi lembaga Nonprofit, adalah bidang akuntansi yang mengkhususkan pada masalah pencatatan dan pe­laporan transaksi dari unit-unit pemerintah dan organisasi nonprofit seperti, lembaga amal dan lembaga-lembaga pendidikan. Hal yang penting di da­lam bidang ini ialah penyusunan sistem akuntansi yang sesuai dengan batasan-batasan yang sudah ditentukan.
10.  Akuntansi sosial, adaiah bidang akuntansi yang meng­ukur biaya .dan manfaat sosial. Misalnya, mengenai masalah penggunaan dana kesejahteraan sosial dalam sebuah kota besar.

F.                 PROSES AKUNTANSI

Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi. Dalam definisi di atas disebutkan bahwa akuntansi merupakan suatu proses yang meliputi                 (1) pencatatan, (2) penggolongan (3) peringkasan, (4) pelaporan dan               (5) penganalisaan data keuangan dari suatu organisasi. Kegiatan pencatatan dan penggolongan adalah proses yang dilakukan secara rutin dan berulang­-ulang setiap kali terjadi transaksi keuangan. Sedangkan kegiatan pelaporan dan penganalisaan biasanya hanya dilakukan pada waktu tertentu.
Kegiatan pencatatan dan penggolongan yang bersifat rutin dapat dila­kukan dengan tulis tangan seperti yang dijumpai pada perusahaan-perusa­haan kecil, dan ada pula yang dikerjakan dengan mesin-mesin otomatis seperti kita jumpai pada perusahaan-perusahaan besar. Perkembangan tek­nologi yang pesat akhir-akhir ini menunjukkan bahwa penggunaan mesin-­mesin pembukuan dan komputer untuk mengolah data akuntansi semakin banyak digunakan baik dalam perusahaan besar maupun perusahaan me­nengah. Metode pencatatan akuntansi mana yang akan digunakan dalam suatu organisasi, apakah metode tulis tangan, mekanik atau elektronik ter­gantung pada berbagai faktor. Hal-hal penting yang harus dipertimbangkan antara lain besarnya organisasi, jumlah data yang harus diproses, dan jumlah biaya yang harus dikeluarkan dalam pemakaian setiap metode tersebut. Perusahaan kecil mungkin akan menganggap biaya pemakaian komputer elektronik terlalu mahal, sebaliknya dalam perusahaan besar penggunaan metode tulis tangan dipandang tidak mampu memenuhi kebutuhan informasi yang cepat dan sangat banyak jumlahya. Namun demikian tanpa memandang metode pencatatan akuntansi mana yang digunakan, semua metode tersebut sama-sama membutuhkan adanya konsep-konsep dasar akuntansi.

G.                KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI

Menurut "Prinsip Akuntansi Indonesia 1984" konsep-kon­sep yang mendasari pencatatan transaksi dan penyusunan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1.      Kesatuan Akuntansi
Pada dasarnya perusahaan dianggap terpisah dari pemilik­nya. Dengan kata lain, harta atau kekayaan perusahaan dipisahkan dari harta atau kekayaan pemilik. Semua setoran pemilik pada perusahaan dicatat sebagai tambahan mo­dal perusahaan, sedangkan pengambilan kekayaan oleh pemilik dicatat sebagai pengurangan modal melalui perkiraan prive. Inilah yang dimaksud dengan konsep kesatuan akun­tansi (Business Entity Concept).
Pemisahan tersebut merupakan faktor utama untuk mem­bebani pada perusahaan, sebagai suatu kesatuan akuntansi, dengan kewajiban-kewajiban untuk mempertanggungjawab­kan keuangan perusahaan pada pihak-pihak yang berke­pentingan.
Kesatuan akuntansi ini tidak perlu harus sama dengan batas hukumnya, sebagai contoh, perusahaan induk dan anak perusahaan merupakan entitas hukum tersendiri, te­tapi penggabungan aktivitas perusahaan-perusahaan terse­but untuk tujuan akuntansi dan pelaporan tidak menyim­pang dari konsep kesatuan ekonomi. Demikian pula suatu departemen atau divisi dapat dipandang sebagai entitas tersendiri, namun biasanya laporan yang dikeluarkan oleh unit tersebut hanya merupakan dasar untuk mengevaluasi prestasi masing-masing departemen atau divisi dan me­rupakan bagian dari laporan keuangan perusahaan yang lengkap.
2.      Kesinambungan
Suatu kesatuan ekonomi diasumsikan akan terus melanjut­kan usahanya dan tidak akan dibubarkan, kecuali bila ada bukti sebaliknya. Asumsi ini memberikan dukungan yang kuat untuk penyajian aktiva berdasarkan harga perolehan­nya dan bukan atas dasar nilai kontan aktiva tersebut atau nilai yang dapat direalisasi pada saat likuidasi. Contoh yang jelas dari dianutnya konsep kesinambungan ini adalah dalam pelaporan aktiva tetap; aktiva dicatat menurut harga perolehannya dan disusutkan dengan cara yang sistematis tanpa adanya petunjuk mengenai nilai yang dapat direali­sasi pada saat pelaporan. .
3.      Periode Akuntansi
Ada dua alasan utama perlunya penerapan konsep ini. Pertama, gambaran yang lengkap dan tepat mengenai ke­suksesan suatu perusahaan hanya bisa diperoleh pada saat perusahaan itu menghentikan kegiatannya dan mencairkan hartanya menjadi kas. Akan tetapi, banyak keputusan yang harus diambil selama berlangsungnya kegiatan perusahaan dan tidak mungkin menunggu sampai perusahaan itu menghentikan usahanya. Karena perusahaan dianggap se­lalu melaksanakan kegiatan usahanya (Going Concern), maka kegiatannya dibagi dalam periode-periode sehingga perkembangan perusahaan dapat dicatat secara periodik pula. Dengan penyajian laporan keuangan secara periodik, di­harapkan dapat membantu pihak-pihak yang berkepenting­an dalam pengambilan keputusan.
Alasan kedua, adalah perlunya informasi akuntansi se­cara periodik untuk maksud-maksud perencanaan per­usahaan. Untuk itu diperlukan laporan keuangan yang te­pat, dalam arti harus menyajikan data yang sesuai dengan periode laporan keuangan. Oleh karena itu, transaksi-tran­saksi perusahaan harus dicatat pada saat terjadinya. Misal­nya, pada bulan Desember 1985 perusahaan berhak atas penghasilan sewa sebesar Rp.150.000, tetapi menurut per­janjian baru akan diterima pada tanggal 15 Januari 1986. Menurut konsep ini, penghasilan sewa tersebut harus di­catat sebagai penghasilan tahun 1985.
4.      Pengukuran dalam Nilai Uang
Mengingat peranan khusus unit moneter sebagai alat peng­ukur/pertukaran di dalam perekonomian, akuntansi ke­uangan menggunakan uang sebagai denominator umum da­lam pengukuran aktiva dan kewajiban perusahaan beserta perubahannya. Namun, hal tersebut tidak berarti bahwa informasi nonmoneter tidak tercakup dalam sistem akun­tansi perusahaan; ,informasi ini juga diikutsertakan, tetapi informasi utama pada laporan keuangan diukur dalam ni­lai uang agar memberikan dasar penafsiran yang universal bagi pembaca laporan. Di  dalam akuntansi konvensional, daya beli uang (dalam hal ini rupiah) diasumsikan tidak berubah. Dalam periode di mana terjadi fluktuasi yang besar dalam nilai rupiah, harus diperhatikan bahwa infor­masi akuntansi yang tidak sensitif terhadap perubahan da­lam nilai uang menjadi kurang relevan untuk berbagai tujuan pengambilan keputusan.
5.      Harga Pertukaran
Akuntansi mengasumsikan bahwa harga yang disetujui pada saat terjadinya suatu transaksi ditentukan secara objektif oleh pihak-pihak yang bersangkutan serta di­dukung oleh bukti-bukti yang dapat diperiksa kelayakan­nya oleh pihak bebas (netral), dan karenanya merupakan dasar paling tepat untuk pencatatan akuntansi. Berdasarkan asumsi ini, transaksi keuangan harus dicatat sebesar harga pertukaran, yaitu jumlah uang yang harus diterima atau dibayarkan untuk transaksi itu. Misalnya, pada tahun 1980 perusahaan membeli kendaraan seharga Rp.15.000.000. Bila tidak ada perubahan-perubahan yang menyebabkan kapi­talisasi biaya, maka sampai tahun 1985 harga kendaraan yang tercantum pada laporan keuangan tetap sebesar Rp.15.000.000.
Meskipun demikian, dengan dianutnya konsep ini tidak berarti bahwa seluruh aktiva yang diperoleh harus tetap menunjukkan jumlah harga semula selama jangka waktu hidup perusahaan. Sejalan dengan berlalunya waktu, harga aktiva yang tercantum dalam laporan keuangan mengalami perubahan, baik karena pengalokasian harga perolehan ak­tiva yang bersangkutan sepanjang masa manfaatnya, atau disebabkan oleh aktivitas tertentu dari perusahaan dalam rangka memperoleh pendapatan.
6.      Penetapan Beban dan Pendapatan
Penentuan laba periodik dan posisi keuangan dilakukan berdasarkan metode akrual yaitu dikaitkan dengan peng­ukuran aktiva dan kewajiban serta perubahannya pada saat terjadinya, bukan hanya sekadar pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang. Penentuan laba periodik pada da­sarnya menyangkut dua masalah, yaitu pengakuan pen­dapatan selama periode dan penentuan beban yang terjadi sehubungan dengan usaha untuk menghasilkan pendapatan tersebut. Pendapatan dihitutng sesuai dengan prinsip reali­sasi, yaitu pada saat transaksi pertukaran telah terjadi. Pembebanan biaya sedapat mungkin dihubungkan dengan pendapatan dan dilaporkan dalam periode diakuinya pen­dapatan; namun untuk biaya tertentu-meskipun tidak da­pat dihubungkan dengan pendapatan, pelaporan dilaku­kan dalam periode terjadinya beban, karena beban tersebut memberikan manfaat untuk periode berjalan atau tidak memberikan manfaat lagi .untuk masa mendatang.
Jumat, 30 Maret 2012
Posted by Unknown

Materi Dasar Akuntansi (Bab 2)














 



BAB 2

LAPORAN KEUANGAN



BAB ini menjelaskan laporan keuangan. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi. Sebagai hasil akhir dari proses akuntansi, laporan keuanganmenyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan berbagai pihak (misalnya pemilik dan kreditor).
Laporan keuangan yang utama terdiri atas: neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan modal. Sebelum mempelajari masing-masing laporan keuangan tersebut, kita akan mempelajari lebih dahulu tujuan laporan keuangan.

 

A.                TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

Tujuan laporan keuangan, menurut "Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan" (IAI, 2002), adalah sebagai berikut:
a.       Laporan keuangan menyajikan informasi tentang posisi keuangan (aktiva, utang, dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu.
b.      Laporan keuangan menyajikan informasi kinerja (prestasi) perusahaan.
c.       Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi  keuangan perusahaan.
d.      Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang penting dan relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan.
Marilah sekarang kita beralih pada pembahasan masing-masing jenis laporan keuangan utama, yakni neraca, laporan rugi-laba, laporan perubahan modal.

B.                 NERACA

Neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat (tanggal) tertentu. Neraca disebut juga laporan posisi keuangan. Laporan ini dibuat untuk menyajikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan.
B.     1. KLASIFIKASI INFORMASI DI NERACA
Di neraca, informasi diklasifikasi berdasarkan pos-pos yang sejenis. Pos-pos yang sejenis dikelompokkan dan dijumlahkan sehingga mempunyai makna tertentu untuk kepentingan analisis.
Tiga kelompok umum yang tersaji di neraca adalah aktiva, utang, dan modal pemilik.
·         Aktiva adalah sumber-sumber ekonomik (economic resources) yang dikuasai oleh perusahaan dan masih memberikan kemanfaatan di masa yang akan datang.
·         Utang merupakan pengorbanan ekonomik (economic sacrifices) untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada entitas lain di masa yang akan datang.
·         Modal pemilik adalah hak residu atas aktiva setelah dikurangi dengan utang.




Tabel 2.1. berikut ini menyajikan format umum neraca:

NERACA

Aktiva


Aktiva Lancar
Investasi Jangka Panjang
Aktiva Tetap Bewujud
Aktiva Tetap Tidak Berwujud
Aktiva Lain - lain

Utang dan Modal Pemilik

Utang Lancar
Utang Jangka Panjang
Modal Pemilik

 

o   AKTIVA LANCAR

Aktiva lancar meliputi kas dan sumber-sumber ekonomi lainnya yang dapat dicairkan menjadi kas, dijual, atau dipakai habis dalam rentang waktu satu tahun sejak tanggal neraca atau satu siklus kegiatan normal perusahaan. Termasuk dalam aktiva lancar, antara lain, adalah piutang usaha, surat-surat berharga, dan gaji yang dibayar di muka.
Siklus kegiatan atau siklus operasi (operating cycle) perusahaan adalah waktu rata-rata yang diperlukan dalam rangka menciptakan penda­patan, sejak perusahaan mengeluarkan kas sampai ia menerima kembali kas tersebut. Bagi perusahaan dagang yang membeli dan menjual barang secara tunai, siklus operasinya seperti gambar 2.1.







Dalam kelompok aktiva lancar di atas terdapat informasi cadangan piutang tak tertagih, yang dilaporkan sebagai pengurang piutang usaha.

o   INVESTASI JANGKA PANJANG

Investasi jangka panjang merupakan penyertaan di perusahaan lain dalam jangka panjang baik untak memperoleh pendapatan tetap (berupa bunga), dan pendapatan tidak tetap (berupa dividen) maupun untuk menguasai perusahaan lain. Penyertaan jangka panjang biasanya dilakukan dalam saham atau obligasi.



 







Gambar 2.1. Siklus Operasi Perusahaan Dagang dengan Pembelian dan Penjualan Tunai

Gambar 2.1. menunjukkan siklus operasi bagi perusahaan dagang yang pembelian dan penjualannya dilakukan secara tunai.
Aktiva lancar dilaporkan di neraca dengan mengurutkan likuidi­tasnya, yaitu cepatnya aktiva lancar untuk menjadi kas,  dikonsumsi, atau dijual. Sebagai contoh cara penyajian aktiva lancar di neraca, sebagai berikut:



AKTIVA LANCAR
Kas ……………………………………………Rp. 1.000
Surat – surat berharga ………………………...          300
Piutang Wesel ………………………………...          500
Piutang Usaha ……………………….. Rp. 720
Dikurangi : Cad. Piutang tak tertagih          20
Nilai Realisasi Pitang Bersih ………………           700
Piutang Bunga ……………………………….           100
Bahan Habis Pakai …………………………..            100
Persekot Premi Asuransi …………………….              50
Total Aktiva Lancar ………………………   Rp. 2.700
 
 

Berikut ini contoh penyajian investasi jangka panjang di neraca.




o   AKTIVA TETAP BERWUJUD

Aktiva tetap berwujud adalah sumber-sumber ekonomi yang memi­liki wujud fisik. Aktiva tersebut dimaksudkan untuk digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan dan tidak untuk dijual dalam rangka memperoleh pendapatan. Termasuk dalam aktiva tetap berwujud, antara lain, .adalah tanah, gedung, dan peralatan. Kecuali tanah, aktiva tetap berwujud disusut setiap tahunnya. Aktiva tetap berwujud dilaporkan di neraca dengan mengurutkan sesuai kekekalannya. Tanah dilaporkan sebesar harga perolehannya sedangkan selain tanah sebesar nilai bukunya.



Aktiva Tetap Berwujud
                       
                        Harga Perolehan   Penyusutan Akumulasi    Nilai Buku

Tanah                   Rp.2.000                                                     Rp.2.000
Gedung                      4.000                         800                            3.200
Peralatan                     2.400                     1.800                               600
                              Rp.8.400                Rp.2.600                      Rp.5.800
 
 

Berikut contohnya.












o   AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD

Aktiva tetap tidak berwujud mencerminkan hak-hak istimewa atau kondisi dan posisi yang menguntungkan perusahaan dalam mencapai pendapatan. Aktiva tersebut dapat diperoleh dengan membeli dari pihak luar atau dengan mengembangkannya sendiri, misalnya hak paten. Sebagaimana aktiva tetap berwujud, aktiva tetap tidak berwujudjuga disusut, tetapi istilahnya adalah amortisasi, bukan penyusutan. Aktiva tetap tidak berwujud dilaporkan di neraca sebesar nilai bukunya, yaitu harga perolehan dikurangi amortisasi kumulatifnya.

o   AKTIVA LAIN-LAIN

Aktiva lain-lain adalah aktiva-aktiva yang tidak dapat dike­lompokkan ke dalam aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap berwujud, dan aktiva tetap tidak berwujud. Misalnya gedung yang masih dalam proses pembangunan dan kendaraan yang belum digunakan

o   UTANG LANCAR

Utang lancar adalah utang yang akan dilunasi dalam rentang waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca. Utang lancar akan dilunasi dengan aktiva lancar atau dengan menimbulkan utang lancar lainnya. Utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun dan akan dilunasi dengan aktiva lancar atau menimbulkan utang lancar, diklasifikasi sebagai utang lancar. Termasuk dalam utang lancar, antara lain, adalah utang usaha, utang wesel, dan gaji yang masih harus dibayar. Utang lancar dilaporkan di neraca dengan mengurutkan mana yang paling cepat akan dilunasi. Dalam praktiknya, jatuh tempo utang dalam satu jenis utang tertentu itu bermacam-macam sehingga sulit untuk menentukan utang mana yang harus didahulukan melaporkannya. Praktik yang lazimnya digunakan adalah melaporkan utang wesel lebih dahulu berapa pun jumlah rupiahnya dan kemudian utang usaha.


Utang Lancar
Utang Wesel ………………………………………      Rp.   75
Utang Usaha ………………………………………             100
Utang Obligasi jatuh tempo dalam setahun ……….             150
Utang Gaji dan Upah ……………………………..              105
Sewa diterima di muka ……………………………               70
Total Utang Lancar …………………………..        Rp. 500
 
 
Berikut adalah contoh penyajian utang lancar di neraca.




o   UTANG JANGKA PANJANG

Utang jangka panjang disebut juga utang tidak lancar. Ini adalah utang yang pelunasannya atau jatuh temponya lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca. Utang jangka panjang tidak akan dilunasi dengan menggunakan aktiva lancar. Termasuk dalam utang jangka panjang, antara lain, adalah utang hipotik dan utang obligasi.


Utang Jangka Panjang

Utang Obligasi ……………………….Rp. 1.000
Utang Hipotik ………………………..          500
Total Utang Jangka Panjang …………………….Rp. 1.500
 
 
Berikut ini contoh penyajian utang jangka panjang.



o   MODAL PEMILIK

Modal pemilik adalah sisa hak pemilik atas aktiva neto perusahaan. Aktiva netto adalah total aktiva dikurangi total utang. Nama-nama spesifik modal pemilik bergantung pada jenis perusahaan ditinjau dari kepemilikannya.
PERUSAHAAN PERSEKUTUAN
Modal Pemilik
Modal Tuan Subur …………………………………Rp.  6.000
Modal Nona Isnaeni ……………………………….        4.000
Total Modal Pemilik ………………………….. Rp.10.000
 
Berikut adalah contoh penyajian modal pemilik di neraca untuk masing-masing jenis perusahaan.





PERUSAHAAN PERSEROAN
Modal Pemegang Saham
Modal Saham Biasa (100 lembar, nominal @Rp.70) …..Rp. 7.000
Agio Modal Saham Biasa ………………………………          500
Laba Ditahan …………………………………………...        2.500
Total Modal Pemegang Saham ……………………  Rp.10.000
 
 





B.   2.  BENTUK NERACA
Neraca dapat disusun dalam format staffel (report form)
Setiap neraca harus mencantumkan informasi berikut: NAMA PERUSAHAAN, NERACA sebagai judul laporan, TANGGAL NERACA dan ISI NERACA (AKTIVA, UTANG dan MODAL PEMII.IK).
NERACA BENTUK STAFEL


PERUSAHAAN BEJO UNTUNG

NERACA
PER 31 DESEMBER 2003

AKTIVA

Aktiva lancar

                Kas                                                                                                         Rp.17.000
                Surat berharga                                                                                     Rp.  9.000
                Piutang usaha                                      Rp.18.000
                (-) cadangan kerugian piutang          Rp.     180
                    
Piutang usaha bersih                                                                     Rp.17.820
                Piutang bunga                                                                                      Rp.     200
                Bahan habis pakai                                                                              Rp.     350
                Persekot premi asuransi                                                                     Rp.     500                               
                Jumlah aktiva lancar                                                                          Rp.44.870
                                                                                                                    
Aktiva Tetap:
Tanah                                                                                                    Rp.21.000
Gedung                                                  Rp.15.000
(-) akumulasi penyusutan gedung    Rp.     750
                                                                                                  
     Nilai buku gedung                                                                          Rp.14.250

Perangkat kantor                                 Rp.10.000
(-) akm penyusutan perangkat         Rp.     500
     Nilai buku perangkat kantor                                                        Rp.  9.500

Jumlah aktiva tetap                                                                            Rp.44.750
JUMLAH AKTIVA                                                                           Rp.89.620

 

PASIVA

Utang Lancar:
Utang usaha                                                                                         Rp.  8.000
Utang bank                                                                                           Rp.12.000
Utang biaya iklan                                                                                                Rp.  1.500
Sewa diterima di muka                                                              Rp.  1.000

Jumlah utang lancar                                                    Rp.22.500
Modal Pemilik:                                                                                                   Rp.67.120                                                                                                 
JUMLAH PASIVA                                                                             Rp.89.620


 
 






         

















B.     3. MANFAAT NERACA
Manfaat neraca adalah pada aspek likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan. Likuiditas dan fleksibilitas keuangan merupakan kondisi tertentu yang harus dipelihara pada kapasitas yang mungkin untuk menghasilkan laba.
Likuiditas adalah suatu alat ukur untuk menilai kemampuan perusa­haan untuk menunaikan utang-utangnya tepat pada waktu yang telah disepa­kati. Para pemasok dana jangka pendek sangat berkepentingan dengan likuiditas perusahaan. Sedangkan para pemasok dana jangka panjang lebih memantau fleksibilitas keuangan perusahaan. Fleksibilitas keuangan adalah suatu alat ukur untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mendapatkan sumber dana.

C.                LAPORAN RUGI-LABA

Laporan rugi-laba adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu tertentu. Laporan rugi-laba disusun untuk memenuhi tujuan laporan pada butir (b) sebagai­mana telah disebutkan sebelumnya. Dengan demikian laporan rugi-laba menyajikan pendapatan selama satu perioda dan biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut pada perioda yang sama. Di laporan rugi laba, dilaporkan juga untung (gain) dan rugi (loss). Definisi mengenai pendapatan, untung, biaya dan rugi akan diberikan nanti.
Pendapatan (revenue) adalah kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban atau kombinasi keduanya sebagai akibat penyerahan produk perusahaan kepada para pelanggan. Sebuah salon kecantikan, misalnya, menerima uang tunai (kas) dari pelanggan yang meminta untuk dipangkas rambutnya. Kenaikan kas yang diperoleh dari penyerahan jasa kepada pelanggan ini disebut sebagai pendapatan. Sebagai contoh lain, salon kecantikan di atas telah menerima uang muka dari pelanggan yang baru akan minta dirias ketika akan diwisuda sepekan lagi. Dalam contoh ini, salon tersebut sudah menerima uang tetapi belum menyerahkan jasanya. Jadi, ia mempunyai kewajiban untuk menyerahkan jasa rias sepekan lagi. Jika sepekan kemudian, salon tersebut jadi merias pelanggan itu, maka turun atau berkurang kewajibannya. Turunnya kewajiban sebagai akibat penyerahan jasa kepada pelanggan ini juga merupakan pendapatan.
Adapun biaya (expense) merupakan kebalikan dari pendapatan. Yakni, biaya merupakan penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban atau kombinasi keduanya sebagai akibat penyerahan produk perusahaan kepada para pelanggan. Dalam contoh salon kecantikan di atas, salon tersebut harus membayar kapster untuk memotong rambut dan merias pelanggan. Turunnya kas untuk membayar kapster tersebut merupakan biaya. Bisa juga terjadi bahwa salon tersebut membayar upah kapster sepekan sekali sehingga salon tidak membayar upah sesaat setelah kapster bekerja. Ini berarti, salon sudah menerima jasa kapster, tetapi belum membayar. Jadi, kewajibannya bertambah. Bertambahnya kewajiban sebagai akibat penyerahan jasa kepada pelanggan ini juga disebut sebagai biaya.
Untung adalah kenaikan aktiva netto yang berasal dari peristiwa insidental dan bukan dari penyerahan jasa kepada pelanggan. Misalnya, perusahaan menjual mesin produksinya yang sudah tua. Jika harga jual mesin bekas itu lebih tinggi daripada nilai bukunya, maka pelepasan mesin tersebut mendatangkan untung sebesar selisih lebih harga jual di atas nilai buku. Sebaliknya, jika harga jualnya lebih rendahdaripada nilai bukunya maka selisihnya diakui sebagai rugi.
Agar tujuan menyajikan laba-rugi periodik dapat terpenuhi, maka penyusunan laporan rugi-laba harus:
a.      Memuat segenap pendapatan (revenue), untung (gain), biaya (expense),dan rugi (loss) pada perioda yang bersangkutan.
b.      Laporan rugi-laba seyogyanya disusun dalam posisi vertikal, yaitu urut ke bawah dengan pendapatan menempati posisi paling atas, kemudian barulah biaya-biaya (bentuk laporan demikian disebut bentuk staffel).
c.      Pendapatan dan biaya usaha dipisahkan dari pendapatan dan biaya di luar usaha.
Setiap laporan rugi-laba harus mencantumkan informasi berikut:
a)      Nama perusahaan (dicantumkan paling atas pada kepala laporan rugi-laba). Dalam contoh, nama perusahaannya adalah Perusahaan Transportasi Wisanggeni.
b)      Laporan Rugi-Laba sebagai judul laporan.
c)      Periode Laporan (periode tertentu, dalam contoh adalah "Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2003 ").
d)     Elemen-elemen rugi-laba (pendapatan, untung, biaya, dan rugi).
Laporan rugi-laba untuk perusahaan persekutuan dan perseroan tidak berbeda dari laporan rugi laba untuk perusahaan perseorangan. Hanya saja, karena laba perusahaan persekutuan dan perseroan menjadi objek pajak penghasilan badan maka setelah laba ada satu pos 'pajak penghasilan.` Seandainya laporan rugi-laba di atas adalah untuk pemisahaan perseroan atau persekutuan maka laba bersihnya diganti denganjudul'laba sebelum pajak penghasilan.' Di bawah judul ini ada satu pos pajak penghasilan yang jumlahnya menjadi pengurang laba sebelum pajak penghasilan. Baris terbawah adalah laba bersih (net income) yang sering disebut bottom line net income.

D.    1. BENTUK LAPORAN RUGI-LABA

Dipandang dari segi cara penyajiannya, terdapat dua macam bentuk laporan rugi-laba. Dua macam bentuk tersebut adalah laporan rugi-laba bertahap dan laporan rugi laba satu tahap.
    1. Laporan Rugi-Laba Bertahap (Multiple Step)
Laporan rugi-laba bertahap adalah laporan rugi-laba yang penyajiannya mengikuti tahap-tahap:
A.    Penentuan laba-rugi dari aktivitas usaha.
B.     Penentuan laba-rugi dari aktivitas di luar usaha.

Pertama-tama dilakukan penentuan laba-rugi dari aktivitas usaha dengan tujuan untuk menyajikan keadaan yang sesungguhnya mengenai kemampuan perusahaan dalam mencapai laba dari kegiatan utama. Sesudah tahapan penentuan laba-rugi usaha, baru diikuti dengan penentuan laba­rugi dari aktivitas di luar usaha.

.





PERUSAHAAN TRANSPORTASI WISANGGENI
LAPORAN RUGI – LABA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 2003

Pendapatana Usaha
Jasa Angkutan ……………………………………………………..  Rp.34.000

Biaya – biaya Usaha
Sewa Garasi ………………………. 3.000
Sewa Kantor ………………………  2.000
Gaji Sopir dan Kernet …………….. 8.000
Bahan Bakar ………………………  9.000
Raparasi dan Pemeliharaan. …. …    1.000
Retribusi dan parkir ……………….     200
Penyusutan Gedung dan Peralatan ... 1.200
Premi Asuransi ……………………     450                                             24.650
                                                                                                                               
Laba Usaha                                                                                                        9.150

Untung dan Pendapatan diluar Usaha
Pendapatan Bunga ………………. ..     50
Untung Pelepasan Surat Berharga …     25               75

Rugi dan Biaya di luar Usaha
Biaya Bunga ……………………….      75
Rugi Pelepasan Peralatan Kantor ….      15               90

Rugi Bersih di Luar Usaha …………………….                                                    15 
Laba Bersih …………………………………….                                        Rp. 9.135

 
 















    1. Laporan Rugi-Laba Satu Tahap (Single Step)
Laporan rugi-laba satu tahap adalah laporan rugi-laba yang disajikan dengan satu tahap saja. Pos-pos pendapatan dikumpulkan tanpa memper­dulikan sumber pendapatan tersebut dari kegiatan usaha atau pun di luar usaha. Demikian pula biaya-biayanya, tidak perlu dipisahkan antara biaya usaha dan biaya di luar usaha. Dengan demikian, laba-rugi periodik diperoleh langsung dengan menyelisihkan segenap pendapatan dengan segenap biaya.
Laporan rugi-laba satu tahap tahap sangat sederhana dan mudah disusun, namun tidak menunjukkan kemampuan sesungguhnya dalam mencapai laba dari kegiatan usaha. Agar lebih jelas, di bawah ini disajikan laporan rugi-laba Perusahaan Transportasi Wisanggeni dalam bentuk satu tahap yang secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
PERUSAHAAN TRANSPORTASI WISANGGENI
LAPORAN RUGI - LABA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2003

Pendapatan

Jasa angkutan                                         34.000
Bunga                                                            50
Untung pelepasan surat berharga                  25
                                                                                         Rp 34.075

Biaya

Sewa garasi                                               3.000
Sewa kantor                                              2.000
Gaji                                                           8.000
Bahan bakar                                              9.000
Pemeliharaan                                             1.000
Parkir                                                            200
Penyusutan peralatan                                1.200
Premi asuransi                                              450
Bunga                                                             75
Rugi pelepasan alat kantor                             15
                                                                                         Rp 24.940

Laba bersih                                                                           Rp   9.135



C.  2. MANFAAT LAPORAN RUGI-LABA

Laporan rugi-laba menyajikan kesuksesan atau kegagalan perusahaan selama satu perioda tertentu, dan inilah daya tarik paling besar dari sebuah laporan keuangan.
Apabila pada suatu perioda perusahaan memperoleh laba, artinya pendapatan-pendapatan yang dicapai melampaui biaya-biaya yang digu­nakan untuk mencapainya. Bersama dengan laporan rugi-laba perioda­ perioda sebelumnya, secara simultan akan disusun sebuah kecenderungan untuk mengestimasi rugi-laba yang mungkin di masa yang akan datang.
Berikut ini beberapa manfaat laporan rugi-laba yang dapat dike­tengahkan:
a.       Laporan rugi-laba merupakan tolok ukur keberhasilan perusahaan.  
Dengan menganalisa laporan rugi-laba, para pengguna dapat menilai kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber-sumber ekonomi perusahaan agar berhasil guna dan berdaya guna.
b.      Laporan rugi-laba merupakan titik pangkal penaksiran keberhasilan perusahaan pada perioda berikutnya. Masing-masing pendapatan dan biaya dianalisa secara simultan bersama-sama pendapatan dan biaya pada perioda-perioda yang telah lalu. Dari situ dapat disusun kecenderungan pendapatan dan biaya pada perioda  berikutnya.
c.       Laporan rugi-laba merupakan media untuk menilai tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (rentabilitas ekonomi atau return on investment (ROI)).. Semakin besar laba yang diperoleh dari usaha utama perusahaan, maka semakin tinggi rentabilitas tersebut.

D.        LAPORAN PERUBAHAN MODAL

Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu perioda akuntansi tertentu.
1.      Laporan Perubahan Modal Perusahaan Perseorangan
Pemilik perusahaan perseorangan adalah individu tertentu. Pada saat pertama kali perusahaan didirikan dan mulai beroperasi, modal perusahaan merupakan kontribusi dari pemiliknya. Tambahan modal dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu :
a.       Laba bersih yang diperoleh.
b.      Setoran tambahan dari pemilik
Sedangkan penggunaan sumber ekonomi perusahaan untuk membelanjai kepentingan pribadi pemiliknya (prive) merupakan pengurang modal. Berikut ini disajikan contoh laporan perubahan modal Perusahaan RAKHMAT.


PERUSAHAAN RAKHMAT
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2003

Modal Tuan Rakhmat per 1 Januari 2003 ………………………        Rp. 18.000
Ditambah :
Setoran tambahan dari Pemilik ……. Rp. 4.000
Laba Bersih ………………………..        8.000

Jumlah tambahan Modal ………………………                                  12.000
                                                                                                                      30.000
Dikurangi :
Prive Tuan Rakhmat                                                                                3.000
Modal Tuan Rakhmat per 31 desember 2003                                        Rp. 27.000


 
 





Senin, 19 Maret 2012
Posted by Unknown

Total Tayangan Halaman

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

About

- Copyright © 2013 Jendela ilmu kita -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -